Minggu, 27 September 2015

Sumenep, Kota Yang Eksotik (Episode 1)

Siapa sih yang nggak suka jalan-jalan? Aku yakin semua orang suka dengan kegiatan yang satu ini. Selain dijadikan sebagai satu pengalaman yang menyenangkan, jalan-jalan juga bisa diagendakan sebagai cara merefreshkan otak dari kepenatan. Yup, itulah yang kurasakan kemarin, Rabu, 23 September 2015. Kali ini aku berkunjung ke kabupaten paling timur Madura, tepatnya ke beberapa tempat eksotik di kabupaten Sumenep.

Perjalanan kali ini sebenarnya rencana dadakan yang dicetuskan oleh siswa kelas XII yang akan memasuki liburan Idul Adha, dan hanya tercetus dalam dua hari sebelumnya. Kata mereka, selain untuk refreshing, kegiatan ini sekaligus untuk pemotretan album kenangan (kebetulan di sekolahku setiap tahun ada pembagian album kenangan untuk siswa yang lulus SMA, yang mana album itu berisi foto-foto mereka selama 3 tahun belajar di jenjang SMA). Setelah browsing dan berpikir matang-matang, akhirnya kami sepakat mengunjungi dua tempat saja, supaya tidak terburu-buru dan puas menikmati destinasi yang akan kami kunjungi nantinya.

Well, rombongan kami berangkat pukul 06.00 WIB dari Kabupaten Sampang. Kebetulan hari itu ada dua bus mini yang masing-masing membawa siswa laki-laki dan siswa perempuan secara terpisah. Sebenarnya perjalanan dari Sampang menuju Sumenep kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 2 jam, namun, karena hari itu adalah hari rabu (hari terakhir sebelum perayaan hari raya Idul Adha) maka ada beberapa celah jalan yang menimbulkan kemacetan. Terutama di beberapa pasar yang letaknya berada tepat di pinggir jalan. Alhasil, perjalanan kami semakin panjang sampai mencapai 3 jam. Aaggghhh...! Itulah yang menyebabkan waktu perjalanan semakin lama dan terhambat, walau sebenarnya sejauh ini, kami tetap menikmatinya sebagai kenangan yang terindah.






Tepat pukul 10.20 WIB rombongan kami tiba di pantai Lombang. Lombang adalah destinasi pertama yang akan menorehkan kenangan untuk kami. Baru menginjakkan kaki di halaman parkir yang dikelilingi pohon cemara, aku merasa ada yang berdesir di rongga dada. Ya, memori otakku menayangkan sebuah peristiwa yang sudah lama berselang, kurang lebih beberapa tahun silam ketika aku pertama kali berkunjung ke pantai ini bersama teman-teman.

Seperti yang kukatakan tadi, ini kali kedua aku berkunjung ke pantai Lombang, setelah 10 tahun yang lalu (tahun 2005), saat aku masih duduk di bangku SMA kelas X-4. Aku masih ingat betul bagaimana dulu berfoto ria bersama teman-teman alayku, aku bahkan masih ingat warna pakaian yang kupakai saat itu, kaos warna orange yang dibalut dengan kemeja warna coklat, serta bawahan celana jeans standar. Ah, kenangan itu.... :'( Sepuluh tahun yang lalu aku datang dalam status siswa, kali ini aku kembali datang dengan status sebagai guru siswa. Dunia memang mengajarkan sebuah perputaran yang tidak ada hentinya.

Setelah sepuluh tahun tak berkunjung ke Pantai Lombang, ternyata tak sedikit ada perubahan di sana. Secara panorama, pantai Lombang masih tetap sama seperti pertama kali menapakkan kaki dulu. Indah dan mengagumkan. Hanya ada beberapa tambahan sarana yang dibangun demi kenyamanan para wisatawan, seperti makin banyaknya tempat duduk, adanya tempat bilas, serta musholla. Oh iya, untuk masuk ke kawasan ini, tiket masuknya cukup murah. Sekitar Rp.2000 - Rp.3000an saja per kepala.

Jika kamu pikir pantai Lombang sama seperti pantai-pantai lainnya yang ada di Indonesia, ternyata pikiranmu salah besar. Seperti yang kita ketahui selama ini, setiap pantai identik sekali dengan pohon kelapa, maka di pantai Lombang sangatlah berbeda. Di sini, nyaris sekali tidak ada pohon kelapa sama sekali, melainkan ada ratusan pohon cemara udang sebagai ciri khas utamanya. Sudah kebayang kan bagaimana sejuknya berada di bawa pohon cemara udang, sambil menikmati keindahan pantai yang berombak sederhana? Luar biasa indah!

Selain berpagarkan pohon cemara udang, pantai Lombang dilengkapi oleh beberapa ekor kuda yang disewakan kepada pengunjung. Jadi, untuk pengunjung yang ingin menyusuri pantai dengan cara yang berbeda, bisa menyewa hewan ini sebagai teman menjelajahi celah-celah pantai Lombang. Sayangnya, aku belum bisa mencoba naik kuda, sebab, ada satu tugas yang harus kuselesaikan selama di Lombang, yaitu memotret setiap siswa untuk pembuatan album kenangan. Ah....

Pasir pantai Lombang itu berwarna putih kecoklatan. Halus. Untuk kebersihan pantai, aku harus acungi jempol. Kebersihan sepanjang pantai memang benar-benar bersih. Akan tetapi, beda sekali dengan kawasan pohon cemara udang, masih ada beberapa sampah plastik yang berserakan. Sampai siswa kami harus merapikan sampah itu sebelum melakukan pemotretan yang akan memakan waktu kurang lebih selama 2 jam.

Saat proses pemotretan selesai, aku mencoba beristirahat di sekitar pantai. Ah, meski cuaca siang itu begitu terik, aku masih bisa tersenyum menikmati segarnya angin pantai. Terlebih dengan ditemani sebuah minuman kelapa muda yang dicampur dengan satu sachet susu kental manis. Kalau sudah begitu, rasanya aku tidak ingin beranjak dari pantai. Mataku masih ingin dimanjakan suasana pantai yang tenang.

Namun, waktu terus berputar. Aku harus melanjutkan perjalanan. Tepat pukul 13.20 WIB rombongan kami beranjak dari kawasan pantai Lombang menuju ke arah kota Sumenep, tepatnya menuju destinasi pemotretan selanjutnya. Kali ini kami memilih Keraton Sumenep sebagai lokasi kunjungan kedua.

Bagaimana kisah kunjungan kami ke Keraton Sumenep? Nanti ya, kutulis di bagian kedua. Simpan dulu rasa penasarannya...
Hahahaha...

Sampang, 25 September 2015
Menjelang senja
***

(ini sih gurunya pengen eksis. :D :D )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar